Serial
Rahwayana (01)
Ilustrasi Rahwayana
Sumber gambar : Wikipedia
|
Maulana Jalaluddin Rumi pernah berkata,
“Tak ada yang kau ketahui kecuali namanya, itulah cinta.” Bagi yang tak kenal Ramayana
tentu boleh hidup di atas dunia, tetapi mungkin hidup yang kurang lengkap. Terdapat
ribuan versi tentang Ramayana. Banyak yang salah menyebutkan bahwa Resi Walmiki
adalah pengarang tunggal Ramayana. Resi Walmiki hanya salah satu. Jauh sebelum
Resi Walmiki, cerita Ramayana sudah ada.
Cerita Ramayana begitu kompleks.
Bercerita tentang Rama Wijaya dari Ayodya yang menikah dengan putri dari Mantili
yang bernama Dewi Sinta. Pernikahan ini sakral karena dianggap pernikahan antara
langit dan bumi. Dewi Sinta mewakili bumi, Sinta atau Siti artinya tanah. Rama adalah titisan dari Dewa Wisnu. Pernikahan
ini bertujuan untuk menjaga harmoni semesta. Banyak bumbu dalam pernikahan Rama
dan Sinta, yaitu munculnya pihak ketiga, raja raksasa Rahwana dari Alengkadiraja.
Ketika Rama dan Sinta menjalani masa pengasingan
di hutan selama 13 tahun, Sinta merasa kesepian karena sering ditinggal oleh Rama
untuk membasmi para raksasa. Menurut para dhalang
umumnya, Sinta diculik oleh raksasa, tapi para dhalang yang mengatakan demikian tak tahu rasa kesepian seorang istri
ditinggal oleh suaminya.
Ada seorang putra yang sangat tampan.
Ia adalah anak dari raja Ayodya, Prabu Dasarata dengan Dewi Sukasalya. Namanya Rama
Wijaya. Rama merupakan titisan dari Sang Wisnu. Rama menurut pandangan saya seumur-umur
hidup dalam kesedihan. Bayangkan, baru saja ia memenangkan sayembara dari putri
Mantili dan menikahi Sinta, keesokan harinya ia akan dilantik menjadi raja dan Sinta
menjadi permaisuri, tiba-tiba ia diusir dan diasingkan ke hutan. Bermula dari
seorang perempuan bernama Dewi Kekayi, yang menuntut agar anaknya bernama
Barata, dilantik menggantikan sang Rama untuk melanjutkan estafet kepemimpinan
Prabu Dasarata. Konon, Prabu Dasarata pernah dua kali berjanji kepada Dewi
Kekayi bahwa akan memenuhi apa saja permintaannya.
Rama tak bisa apa-apa. Ketika itu ia
mengalami konflik batin. Ia mengikuti perintah ayahnya untuk diasingkan ke
Hutan Dandaka atau menjadi raja dengan cara aklamasi seluruh kehendak rakyat.
Akhirnya ia memilih untuk mengikuti kehendak ayahnya. Ia diasingkan ke Hutan
Dandaka sehingga adik tirinya, Barata putra dari Dewi Kekayi, menjadi raja. Bukan
itu saja, banyak cobaan diterima oleh Rama. Di tengah Hutan Dandaka dalam 13
tahun masa pengasingannya, tiba-tiba Dewi Sinta, istrinya, di bawa lari oleh Prabu
Rahwana.
Sebenarnya dengan kesaktian pusaka
yang bernama Guhywawijaya yang ketika
dipanahkan pada samudera, air di samudera bisa surut, Rama bisa langsung
menyerbu Alengkadiraja untuk membebaskan Dewi Sinta. Tetapi Rama tidak memilih
itu, Rama menunggu 12-13 tahun. Apakah dia ragu-ragu? Bisa iya, bisa tidak.
Kalau kita sepakat bahwa Rama adalah titisan Dewa Wisnu yang ditugasi untuk
menjaga harmoni semesta maka semuanya harus berlangsung di dalam aturan. Aturan
pertama sebelum berperang, ia mengirim duta yang kelak bernama Hanoman.
Ini bukan cerita mengenai perempuan
biasa. Perempuan biasa sukanya es krim, coklat, dan stroberi, walaupun lebih
dari itu perempuan suka akan kepastian. Tapi ini bukan perempuan biasa, Dewi Sinta
namanya. Apakah Rama begitu cool-nya,
apakah Rama begitu lurusnya, apakah Rama begitu sempurnanya sehingga
membosankan bagi perempuan seperti Dewi Sinta? Itu adalah soal tafsir kita. Ada
yang mengatakan bahwa perempuan manapun sampai batas tertentu bosan dan jenuh
dengan laki-laki yang tak ada cacatnya.
Belum sampai setahun mereka menikah,
ketika Rama diasingkan di Hutan Dandaka dan Rama mau pergi sendiri ke Hutan Dandaka,
Rama bilang, “Sinta, kau tetaplah di keraton Ayodya, biar aku 12-13 tahun di Hutan
Dandaka.”
Di luar dugaan, pada saat itulah, Sinta
yang sangat cantik merah padam mukanya, dia berdiri seperti menantang pada
suaminya. “Suamiku, kau seolah-olah ingin menjunjungku, agar kau ada di pengasingan
di hutan dan aku mulia hidup di keraton Ayodya. Kau seolah-olah sayang kepadaku,
tapi kau sungguh menghinaku. Bukankah cinta itu berarti bersama?”
Sinta pun ikut ke hutan. Di situlah Rahwana
menyuruh Kala Marica berubah wujud menjadi Kijang
Kencana, yaitu seekor kijang berbulu
keemasan, yang kelak dikejar oleh Rama. Ketika Rama mengejar Kijang Kencana, Rahwana datang.
Orang-orang tertentu menilai bahwa perempuan
sangat menyukai kegemerlapan. Wanita sangat menyukai hal-hal yang kinclong. Maka Sinta yang setia pada Rama,
diberi iming-iming sesuatu yang kinclong.
Tak ada yang bisa menjelaskan apakah Sinta betul-betul tertarik pada
gemerlapnya Kijang Kencana atau tidak. Kalau menurut saya, tidak!
Perempuan tidak terlalu mementingkan kegemerlapan, karena itu yang kedua, yang
pertama adalah keabadian. Di tengah kijang itu tertulis namanya Dewi Sinta.
Siapa perempuan yang tak klepek-klepek
diberi keabadian?
Bersambung...
Penggemar 2NE1
0 comments
Post a Comment