Tuesday 27 October 2015

Kala Sinta Terbuai Kala Marica



Serial Rahwayana (01)


Ilustrasi Rahwayana
Sumber gambar : Wikipedia
 

Maulana Jalaluddin Rumi pernah berkata, “Tak ada yang kau ketahui kecuali namanya, itulah cinta.” Bagi yang tak kenal Ramayana tentu boleh hidup di atas dunia, tetapi mungkin hidup yang kurang lengkap. Terdapat ribuan versi tentang Ramayana. Banyak yang salah menyebutkan bahwa Resi Walmiki adalah pengarang tunggal Ramayana. Resi Walmiki hanya salah satu. Jauh sebelum Resi Walmiki, cerita Ramayana sudah ada.

Cerita Ramayana begitu kompleks. Bercerita tentang Rama Wijaya dari Ayodya yang menikah dengan putri dari Mantili yang bernama Dewi Sinta. Pernikahan ini sakral karena dianggap pernikahan antara langit dan bumi. Dewi Sinta mewakili bumi, Sinta atau Siti artinya tanah. Rama adalah titisan dari Dewa Wisnu. Pernikahan ini bertujuan untuk menjaga harmoni semesta. Banyak bumbu dalam pernikahan Rama dan Sinta, yaitu munculnya pihak ketiga, raja raksasa Rahwana dari Alengkadiraja.

Ketika Rama dan Sinta menjalani masa pengasingan di hutan selama 13 tahun, Sinta merasa kesepian karena sering ditinggal oleh Rama untuk membasmi para raksasa. Menurut para dhalang umumnya, Sinta diculik oleh raksasa, tapi para dhalang yang mengatakan demikian tak tahu rasa kesepian seorang istri ditinggal oleh suaminya.

Ada seorang putra yang sangat tampan. Ia adalah anak dari raja Ayodya, Prabu Dasarata dengan Dewi Sukasalya. Namanya Rama Wijaya. Rama merupakan titisan dari Sang Wisnu. Rama menurut pandangan saya seumur-umur hidup dalam kesedihan. Bayangkan, baru saja ia memenangkan sayembara dari putri Mantili dan menikahi Sinta, keesokan harinya ia akan dilantik menjadi raja dan Sinta menjadi permaisuri, tiba-tiba ia diusir dan diasingkan ke hutan. Bermula dari seorang perempuan bernama Dewi Kekayi, yang menuntut agar anaknya bernama Barata, dilantik menggantikan sang Rama untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Prabu Dasarata. Konon, Prabu Dasarata pernah dua kali berjanji kepada Dewi Kekayi bahwa akan memenuhi apa saja permintaannya.

Rama tak bisa apa-apa. Ketika itu ia mengalami konflik batin. Ia mengikuti perintah ayahnya untuk diasingkan ke Hutan Dandaka atau menjadi raja dengan cara aklamasi seluruh kehendak rakyat. Akhirnya ia memilih untuk mengikuti kehendak ayahnya. Ia diasingkan ke Hutan Dandaka sehingga adik tirinya, Barata putra dari Dewi Kekayi, menjadi raja. Bukan itu saja, banyak cobaan diterima oleh Rama. Di tengah Hutan Dandaka dalam 13 tahun masa pengasingannya, tiba-tiba Dewi Sinta, istrinya, di bawa lari oleh Prabu Rahwana.

Sebenarnya dengan kesaktian pusaka yang bernama Guhywawijaya yang ketika dipanahkan pada samudera, air di samudera bisa surut, Rama bisa langsung menyerbu Alengkadiraja untuk membebaskan Dewi Sinta. Tetapi Rama tidak memilih itu, Rama menunggu 12-13 tahun. Apakah dia ragu-ragu? Bisa iya, bisa tidak. Kalau kita sepakat bahwa Rama adalah titisan Dewa Wisnu yang ditugasi untuk menjaga harmoni semesta maka semuanya harus berlangsung di dalam aturan. Aturan pertama sebelum berperang, ia mengirim duta yang kelak bernama Hanoman.

Ini bukan cerita mengenai perempuan biasa. Perempuan biasa sukanya es krim, coklat, dan stroberi, walaupun lebih dari itu perempuan suka akan kepastian. Tapi ini bukan perempuan biasa, Dewi Sinta namanya. Apakah Rama begitu cool-nya, apakah Rama begitu lurusnya, apakah Rama begitu sempurnanya sehingga membosankan bagi perempuan seperti Dewi Sinta? Itu adalah soal tafsir kita. Ada yang mengatakan bahwa perempuan manapun sampai batas tertentu bosan dan jenuh dengan laki-laki yang tak ada cacatnya.

Belum sampai setahun mereka menikah, ketika Rama diasingkan di Hutan Dandaka dan Rama mau pergi sendiri ke Hutan Dandaka, Rama bilang, “Sinta, kau tetaplah di keraton Ayodya, biar aku 12-13 tahun di Hutan Dandaka.”

Di luar dugaan, pada saat itulah, Sinta yang sangat cantik merah padam mukanya, dia berdiri seperti menantang pada suaminya. “Suamiku, kau seolah-olah ingin menjunjungku, agar kau ada di pengasingan di hutan dan aku mulia hidup di keraton Ayodya. Kau seolah-olah sayang kepadaku, tapi kau sungguh menghinaku. Bukankah cinta itu berarti bersama?”

Sinta pun ikut ke hutan. Di situlah Rahwana menyuruh Kala Marica berubah wujud menjadi Kijang Kencana, yaitu seekor kijang berbulu keemasan, yang kelak dikejar oleh Rama. Ketika Rama mengejar Kijang Kencana, Rahwana datang.

Orang-orang tertentu menilai bahwa perempuan sangat menyukai kegemerlapan. Wanita sangat menyukai hal-hal yang kinclong. Maka Sinta yang setia pada Rama, diberi iming-iming sesuatu yang kinclong. Tak ada yang bisa menjelaskan apakah Sinta betul-betul tertarik pada gemerlapnya Kijang Kencana atau tidak. Kalau menurut saya, tidak! Perempuan tidak terlalu mementingkan kegemerlapan, karena itu yang kedua, yang pertama adalah keabadian. Di tengah kijang itu tertulis namanya Dewi Sinta. Siapa perempuan yang tak klepek-klepek diberi keabadian?

Bersambung...

Penggemar 2NE1


0 comments

Post a Comment