Tuesday 3 November 2015

Warka Water, Penghasil Air dari Udara


Studio desain Architecture and Vision ini membawa air bersih untuk pedesaan Ethiopia dengan proyek Warka Water-nya.


Warka Water oleh Architecture and Vision.

Warka Water merupakan sumber air alternatif ramah lingkungan, dirancang untuk masyarakat pedesaan dengan sedikit atau tanpa akses air bersih. Produk baru ini telah dinominasikan untuk ajang tahunan World Design Impact, yang diberikan untuk proyek-proyek desain industri yang membantu memecahkan masalah sosial saat ini.


Warka Water ini mengumpulkan antara 50 hingga 100 liter air bersih dalam sehari dari hujan, kabut, atau embun.

Produk ini mengumpulkan antara 50 hingga 100 liter air bersih dalam sehari dari hujan, kabut, atau embun, dan ditargetkan khusus pada daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki infrastruktur atau sistem memadai. Desainnya terinspirasi oleh keranjang-tenun tradisional Ethiopia dan cara “memanen” air alami ditemukan dalam fitur unik dari tumbuhan dan hewan tertentu.

Warka Water merupakan gagasan dari studio desain asal Italia, Architecture and Vision yang termotivasi untuk membantu masyarakat pedesaan mengatasi kurangnya akses terhadap air bersih setelah melakukan perjalanan ke Ethiopia pada tahun 2012. Nama proyek ini berasal dari pohon Warka –dalam budaya Ethiopia digunakan sebagai ruang teduh untuk pertemuan masyarakat umum atau pertemuan komunitas.



Proyek ini dirancang untuk membantu masyarakat pedesaan mengatasi kurangnya akses air minum.



Ringan namun kokoh, desain yang dibuat dengan kerangka bambu dan tali rami ini mudah dirakit. Di dalam, lapisan plastik mesh mengumpulkan tetesan air dari udara lembab dan digantung sebuah lembaran corongseperti mengumpulkan embun kondensasi dan air hujan. Air disaring ke dalam tangki dengan kran yang terhubung. Sebuah kanopi dibuat memanjang dari menara untuk menjaga tangki air dingin, menjaga penguapan tanah rendah, serta menyediakan tempat berteduh dan area berkumpul bagi masyarakat.




Sumber : Design Indaba
Editor    : Adib Rifqi Setiawan

0 comments

Post a Comment