raga lumpuh, jiwa masih bisa
tersentuh
Hawking dan Jane
Sumber : Flickr
|
Tubuh yang
lumpuh membuat Stephen Hawking lebih mudah dikenal daripada fisikawan lain.
Meski sumbangannya terhadap perkembangan fisika tak bisa dipandang sebelah
mata, tetapi faktor penampilan lah yang kemungkinan besar membuatnya lebih
terkenal. Sebelum Hawking, foto Einstein dengan rambut acak-acakan lebih
“menarik” daripada Niels Bohr yang tampil rapi meskipun mereka hidup sezaman
dan sama-sama memberikan sumbangan besar bagi perkembangan Fisika. Wajah Paul
A.M. Dirac dan Richard P. Feynman yang tampil rapi justru kurang dikenal publik
meskipun sumbangan yang mereka berikan tak kalah dengan Einstein dan Hawking.
Meski
penampilan fisik Hawking jauh dari penampilan manusia “normal”, tetapi ia juga
memiliki kisah yang biasa dialami manusia “normal”, cinta. Belum jelas apakah
Hawking pernah tertarik dengan perempuan ketika remaja atau tidak meski ketika
tinggal di St. Albans ia sekolah di High School for Girls. Yang jelas ia pernah
dua kali menikah.
Pernikahan pertama Hawking terjadi pada tahun 1965.
Sebelumnya, ia sudah “jadian” dengan perempuan bernama Jane Wilde. Jane adalah
perempuan yang pertama kali ia temui pasca didiagnosis ALS (Amyotrophic lateral sclerosis/sklerosis
lateral amiotropik). Yaitu penyakit syaraf motorik yang menyerang sel syaraf
pengendali otot, menyebabkan tubuh lumpuh secara bertahap dan otot mengalami
atrofi (penyusutan atau pengecilan ukuran suatu sel, jaringan, organ, atau
bagian tubuh) dan kejang-kejang.
Pasca “jadian” tersebut, mereka tak langsung menikah.
Hawking belum memiliki pekerjaan dan masih harus menyelesaikan kuliah Ph.D.
Untuk membiayai diri selama belajar, ia mengejar beasiswa riset di Gonville and
Caisu College, satu akademi dalam University of Cambridge. Hawking tampak
sangat termotivasi untuk mengejar beasiswa yang akhirnya bisa didapatkan
tersebut.
Usai memperoleh beasiswa itu, ia langsung menikah
dengan Jane pada Juli 1965. Mereka berbulan madu selama satu pekan di Suffolk
sebelum Hawking mengikuti kelas musim panas relativitas umum di Cornell
University. Ketika baru menikah, Jane adalah mahasiswi strata satu di Westfield
College, London. Jane harus pergi dan pulang dari Cambridge ke London pada hari
kuliah.
Anak pertama Hawking dan Jane, Robert, lahir dua tahun
pasca pernikahan mereka. Tak lama sesudah kelahiran Robert, Hawking dan Jane
membawa Robert ke pertemuan sains di Seattle, Amerika Serikat. Kondisi fisik
Hawking yang semakin lumpuh membuat Jane harus menangani sendiri sampai
kecapekan. Kecapekan Jane bertambah dengan perjalanan pulang dari Amerika
Serikat.
Anak kedua mereka, Lucy, lahir sekitar tiga tahun
kemudian. Selama Jane hamil Lucy, mereka tinggal di pondok milik teman karena
rumah mereka sedang di renovasi. Mereka kembali ke rumah sendiri beberapa hari
sebelum kelahiran Lucy yang terjadi di rumah sakit bersalin.
Jane yang memprediksi Hawking bakal cepat mati
langsung melakukan langkah “antisipasi”. Jane bertemu dengan Jonathan Jones,
seorang pemain organ di gereja Corsica, kota tempat Hawking mengajar di kelas
musim panas. Jelas ini bukanlah sekedar pertemuan. Jane mengajak Jonathan untuk
tinggal di rumah bersama mereka untuk membantu keperluan sehari-hari Jane dan
Hawking. Hawking yang juga merasakan akan cepat mati pun “mengijinkan”
Jonathan.
Maksud hati membantu Jane agar tak terlalu repot,
justru Jane dan Jonathan semakin dekat. Hawking tak suka dengan hubungan Jane
dan Jonathan yang semakin akrab. Karena itu, ia pun memilih “pisah ranjang”
dengan Jane dan pindah ke tempat tinggal lain bersama seorang perawatnya,
Elaine Mason. Saat itu, Elaine adalah janda dengan dua putra. Tempat tinggal
yang terlalu sempit bagi Hawking, dan Elaine beserta dua putranya, membuat
mereka memutuskan untuk pindah tempat tinggal lagi. Mereka membeli sepetak
tanah di
Newnham dan membangun rumah yang ramah kursi roda di
sana.
Kedekatan Hawking dan Elaine berujung pada pernikahan
mereka yang terjadi pada tahun 1995. Sembilan bulan kemudian, Jane juga mengikuti
langkah Hawking setelah menikah dengan Jonathan. Pernikahan Hawking dan Elaine
bak gelombang sinusoidal, banyak naik-turunnya. Tapi keahlian Elaine sebagai
perawat turut menyelamatkan nyawa Hawking berkali-kali.
Hawking dan Elaine
Sumber : Daily Mail
|
Elaine lah yang meyakinkan para dokter di
Addenbrooke’s Hospital di Cambridge untuk melakukan operasi laringektomi.
Operasi laringektomi adalah operasi yang memisah tenggorokan dan kerongkongan.
Operasi ini dilakukan setelah tenggorokan Hawking yang dipasangi tabung plastik
yang mencegah makanan dan air liur masuk paru-parunya mengalami gangguan.
Gangguan tersebut berupa tekanan cincin balon yang menahan tabung plastik
tersebut merusak tenggorokan Hawking dan membuatnya batuk-batuk dan tersedak.
Beberapa tahun kemudian Hawking mengalami krisis
kesehatan lagi setelah kadar oksigen tubuhnya turun drastis selagi ia tidur.
Hawking dilarikan ke rumah sakit dan dirawat selama empat bulan. Akhirnya ia
boleh pulang dengan membawa ventilator untuk dipakai waktu malam. Satu tahun
kemudian, Hawking direkrut untuk membantu kampanye penggalangan dana
universitas untuk peringatan dies natalis
kedelapanratus. Hawking dikirim ke San Fransisco untuk memberi lima kuliah
dalam enam hari. Hal ini membuatnya kelelahan.
Satu pagi, ia pingsan setelah ventilator dilepas.
Perawat yang bertugas mengira Hawking tidak kenapa-kenapa. Hawking mungkin bisa
mati ketika itu andai perawat lain tak memanggil Elaine yang langsung tanggap
dengan apa yang terjadi pada suaminya tersebut. Semua krisis tersebut turut
membebani emosional Elaine. Hawking dan Elaine akhirnya bercerai pada 2007.
Pasca perceraian tersebut, ia hidup sendiri ditemani pengurus rumah.
Lucy, anak kedua Hawking dari istri pertama, Jane,
dikemudian hari menjadi penulis. Ia telah banyak menulis novel dewasa, menulis
untuk banyak surat kabar, serta tampil mengisi acara di televisi dan radio.
Lucy juga memberikan ceramah-ceramah populer mengenai perjalanan ke ruang
angkasa dan sains untuk anak-anak. Ia juga turut memberikan pidato pada
peringatan dies natalis kelimahpuluh
NASA.
Pada tahun 2008, Lucy memenangkan Sapip Award for
Popularizing Science. Selain itu, ia juga berkolaborasi dengan Hawking, bapak
kandungnya, menulis seri buku “George”, cerita petualangan sains untuk
anak-anak, orang-orang dewasa masa depan. Buku-buku yang ditulis duet Hawking
dan Lucy yang sudah terbit adalah George’s
Secret Key to the Universe, George’s
Cosmic Treasure Hunt, George and the Big Bang, George’s and the Unbreakable
Code, dan George and the Space
Prospectors.
Hawking juga manusia, yang bisa jatuh cinta dan
cemburu.
Editor : Adib Rifqi Setiawan
0 comments
Post a Comment