Friday 23 October 2015

Mengenang Fitnah Kedua di Tanah Karbala



Pesan dari Karbala untuk seluruh umat manusia



Mu'awiyyah bin Abi Sufyan merasa lega setelah Ali bin Abi Thalib terbunuh di Kufah. Lawan politik gubernur Syam saat itu sudah wafat. Tak ada lagi saingan yang diperhitungkan lagi. Ali terbunuh pada waktu subuh, Jumat 17 Ramadhan 40 H, oleh Abdurrahman bin Muljam.

Pasca wafatnya Ali, Mu'awiyyah bin Abi Sufyan mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa tunggal, Raja. Setelah itu Mu’awiyyah cepat-cepat mengangkat anaknya yang bernama Yazid menjadi putra mahkota yang akan mewarisi kerajaan. Yazid adalah anak dari seorang ibu bernama Maysun dari suku baduwi (pedalaman). Maysun adalah salah 1 selir Mu’awiyah. Ia orang Nasrani-Yakobus dan Nasionalis yang tak betah hidup di istana lalu kembali ke habibatnya di pedalaman.

Yazid kemudian menjadi raja sesudah Mu’awiyyah wafat. Ia segera memerintahkan beberapa orang yang berangkat dari Damaskus ke seluruh provinsi untuk mengambil bai'at (sumpah setia) dari tokoh-tokoh yang ada di sana. Antara lain ke Madinah, kediaman Husain bin Ali bin Abi Thalib. Di Madinah, tokoh-tokoh di sana antara lain Abdullah bin Umar bin Khattab yang tidak mau ikut-ikutan berpolitik, mau bai'at  karena dibawah intimidasi, kecuali Husain yang menunda bai'at-nya.

Dalam gelapnya malam, Husain bersama keluarga dan beberapa pengikut, meninggalkan Madinah menuju Makkah. Ketika rombongan mereka memasuki kota Makkah, orang pada datang untuk haji karena kebetulan sedang musim haji. Begitu Hari Tarwiyyah tanggal 08 Dzulhijjah, ketika jemaah haji pergi ke Mina, rombongan tersebut keluar dari Makkah untuk menuju Kufah.

Dalam perjalanan Makkah–Kufah, ia bertemu seseorang yang menasehati agar tidak ke Kufah. Menurut orang tersebut, watak orang Kufah tidak konsisten, mudah berubah dalam tekanan. Orang tersebut menasehati agar Husain ke Yaman saja, yang orangnya konsisten dan jauh dari Damaskus, ibu kota Kerajaan Dinasti Umayyah. Saran itu ditolak dengan santun oleh Husain.

Husain kemudian berjumpa dengan penyair terkenal sejak era Ali, Farazdaq, yang menasehati serupa. Namun Husain keukeuh melanjutkan perjalanan ke Kufah dengan menunjukkan bukti-bukti berupa surat yang diterima beliau dari Kufah. Inti surat tersebut adalah memanggil Husain ke Kufah, untuk ikut serta berjuang melawan Yazid. Husain beserta rombongan pun tetap melanjutkan perjalanan menuju Kufah.

Perjalanan dilanjutkan terus hingga sampai di Padang Karbala. Di padang Karbala, mereka dihadang oleh pasukan militer kerajaan. Pasukan militer tersebut berjumlah 400 tentara (terdapat versi lain), yang dipimpin oleh Jenderal Umar bin Sa'ad bin Abi Waqash. Upaya untuk menghadang rombongan Husain ini diperintahkan oleh gubernur Kufah yang baru, Ubaidillah bin Ziyad.




Singkat cerita, terjadi peperangan yang tidak seimbang, 54 dari pihak Husain melawan 400 pasukan militer dari kerajaan. Semua pasukan dari pihak Husain dan putra-putranya meninggal kecuali empat orang. Mereka adalah Husain sendiri dan putra beliau Ali Zainal Abidin. Ali Zainal Abidin sendiri bisa selamat karena demam, sehingga tidak keluar tenda. Selain mereka, Fatimah (istri Husain) dan Zainab (adik Husain) juga selamat.

Sebenarnya sejak awal perang, bisa saja Husain terbunuh. Namun tidak ada yang berani mengeksekusi beliau karena ragu-ragu. Bahkan ketika waktu sholat, perang dihentikan untuk sholat berjamaah. Dalam setiap sholat, tidak ada yang berani menjadi imam sholat. Semua sepakat imam sholatnya adalah Husain. Sampai akhirnya seorang bernama Dzil Jausyan yang paling berani mengeksekusi Husain.

Dzil Jausyan menarik Husain dari kudanya. Begitu Husain jatuh, ia menaiki tubuh Husain, menginjak, kemudian menebas leher Husain. Tubuh Husain akhirnya menyatu dengan tanah Karbala setelah turut diinjak pula oleh kuda. Kepala Husain di tancapkan di tombak, kemudian di bawa ke Kufah untuk diarak keliling Kufah bersama keluarganya yang selamat (Ali Zainal Abidin, Fatimah, Zainab).

Dari Kufah kemudian di bawa ke Damaskus dalam sebuah kereta. Kereta tersebut memuat kepala Husain, Fatimah, Zainab, dan Ali Zainal Abidin. Sampai di Damaskus, kepala Husain di pajang di depan istana Yazid. Setiap orang yang lewat di suruh mencaci di depan kepalanya.

Setelah cukup lama di Damaskus, Fatimah meminta izin kepada Yazid untuk kembali ke Madinah bersama keluarga dan kepala Husain. Permintaan Fatimah dipenuhi. Namun dalam perjalanannya menuju Madinah, Fatimah disusul oleh utusan Yazid agar mencegah ke Madinah dan dibelokkan menuju Mesir. Hal ini dilakukan oleh Yazid karena takut kalau kepala Husain sampai di Madinah justru menumbuhkan semangat perlawanan hebat kepada Yazid. Maka kepala Imam Husain berada di Kairo, Mesir. Sedangkan Ali Zainal Abidin, dipulangkan ke Madinah.

Mengapa kita harus memperingati Tragedi Karbala ini? Karena banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari tragedi kelam ini. Antara lain agama tidak akan besar tanpa ada pengorbanan, apapun agamanya. Islam bisa besar karena ada pengorbanan, Katholik, Protestan, Budha, Hindu, Yahudi, dsb dst.

Misalnya dalam Katholik. Seseorang bernama Petrus beserta beberapa pengikutnya yang tidak seberapa, dikejar-kejar tentara Kerajaan Romawi. Mereka berhasil lolos dari kepungan, dan melepas lelah dalam gelapnya malam di suatu tempat yang sudah aman dari kejaran tentara Kerajaan Romawi. Tiba-tiba Petrus “melihat” Yesus berjalan melintasinya. Seolah tidak percaya dengan pandangannya, Petrus menegur Yesus, yang sudah disalib beberapa tahun sebelumnya.

Konon Yesus menjawab kalau dirinya mau ke Roma untuk disalib kedua kalinya. Petrus memutuskan malam itu juga kembali ke Roma, meski sempat diprotes pengikutnya. Petrus merasa Yesus menginginkannya untuk kembali ke Roma. Sekembalinya Petrus ke Roma, tentara Kerajaan Romawi langsung menangkapnya, dan ia dijatuhi hukuman salib, persis seperti “penampakan” Yesus yang dilihatnya.

Petrus menghadapi hukuman dengan tenang dan meminta satu hal, yakni agar disalib dengan posisi kepala di bawah. Menurutnya, ia tidak pantas disalib dalam posisi yang sama dengan Yesus. Yesus sendiri konon ber-nubuwat bahwa pada pundak Petrus-lah akan dibangun Gereja Yesus. Oleh Gereja Katholik, Petrus diakui sebagai Paus Pertama. Gereja Katholik pun dibangun atas fondasi pengorbanan St. Petrus.

Untuk Islam, pertama kali nyawa melayang adalah Sumaiyyah yang dibunuh oleh Abu Jahal. Sumaiyyah adalah istrinya Yasir dan ibunya 'Ammar. Sepekan kemudian Yasir juga dibunuh. Ketika 'Ammar turut akan dieksekusi, ia pura-pura murtad, namun ia tetap Islam. Jadi laki-laki tak bisa gede rasa berkorban pertama kali untuk Islam karena buktinya adalah perempuan. Baru kemudian di susul banyaknya darah syuhada’, seperti Hamzah bin Abdul Muthalib. Semua darah yang mengalir demi tegaknya Islam. Begitu juga dengan darah Husain, yang diperingati haulnya setiap 10 Muharram, tidak sia-sia. Islam bisa sampai ke Indonesia antara lain sebab wafatnya Husain.

Begitu keluarga Husain, dibenci oleh penguasa saat itu, maka ada salah satu keturunannya, yakni Ali Al-Quraidhi hijrah dari Kufah ke Madinah. Ia tidak berpolitik, hanya terjun dalam dunia kelimuan saja, tak seperti kakaknya Musa Al-Kadzim dan Isma'il. Ali Al-Quraidhi punya putra Isa dan Isa punya putra Ahmad. Ahmad kemudian hijrah dari Madinah ke Yaman, dan dijuluki Al-Muhajir, menjadi Ahmad Al-Muhajir. Dari Yaman-lah, Ahmad Al Muhajir memiliki keturunan sampai ke Indocina, dan kemudian sampailah ke Nusantara.

Hikmah wafatnya Husain besar sekali. Diantaranya, mempercepat Islam sampai ke mana-mana, terutama ke bagian timur, termasuk Nusantara. Seandainya tidak ada tragedi Karbala barangkali sejarah lain ceritanya. Barangkali Islam telat masuk ke Nusantara.

Tragedi Karbala bukan hanya tragedinya Syi'ah, bukan hanya tragedinya Iran, ini adalah tragedi kemanusiaan. Bayangkan saja, ada orang yang dibunuh kemudian kepalanya dipenggal dan diarak keliling kota lalu dipajang di depan istana dan orang yang lewat di depan istana disuruh mencacinya. Mengenang Karbala, titik tolak menuju sikap tenggang rasa, toleran, dan menghargai warisan sejarah.

Adib Rifqi Setiawan
Penggemar 2NE1 & Girls' Generation
alobatnic@gmail.com

0 comments

Post a Comment