Tuesday 2 February 2016

Enam Macam Hubungan dengan Alquran


Gagasan Brilian Cendekiawan Afrika Selatan


The Qur’an a User’s Guide Farid Esack Pelantan Alquran
Sumber Gambar: book.google.com

Farid Esack, seorang cendekiawan asal Afrika Selatan, dalam buku The Qur’an: a User’s Guide (2005), membagi hubungan seseorang dengan al-Quran ke dalam enam bentuk. Ia mengumpamakan interaksi seseorang dengan al-Quran bagaikan hubungan antara Pecinta (lover) dengan Kekasihnya (beloved). Keenam bentuk itu adalah: the uncritical lover (pecinta buta), the scholarly lover (pecinta ilmiah), the critical lover (pecinta kritis), the friend of lover (kerabat pecinta), the voyeur (para pengintai), dan the polemicst (para pembantah). Oleh Farid Esack, tiga bentuk awal diperuntukkan untuk kalangan Muslim dan tiga bentuk akhir untuk kalangan non-Muslim.

Bentuk pertama, yaitu the uncritical lover (pecinta buta). Mereka yang tergolong ke dalam bentuk ini memperlakukan al-Quran sebagai kitab sakral. Bentuk pertama ini mengukuhkan kemuliaan al-Quran tanpa kajian. Sehingga mereka merasa tak perlu mempertanyakan apapun dalam al-Quran dan tak pernah tahu apa makna dan kegunaannya.

Bentuk kedua adalah the scholarly lover (pecinta ilmiah). Para Pecinta Ilmiah berupaya melakukan kajian untuk memperkaya pemahaman mengenai al-Quran. Melalui pemahaman ini mereka berupaya menjelaskan mengenai keistimewaan-keistimewaan al-Quran sembari mengajak agar setiap pihak menerima keistimewaan tersebut. Bentuk kedua ini berupaya mengukuhkan kesucian al-Quran dengan argumen ilmiah.

Bentuk ketiga adalah para the critical lover (pecinta kritis). Pecinta kritis tak ragu bersikap kritis atas beragam permasalahan yang termuat di dalam al-Quran. Pecinta kritis berusaha memberikan pemahaman lain mengenai al-Quran. Sehingga seringkali para orang dalam kategori ini mendapat kecaman dan kerap dipertanyakan rasa kecintaannya terhadap al-Quran.

Bentuk keempat adalah the friend of lover (kerabat pecinta). Kerabat pecinta ini berupaya menunjukkan empatinya terhadap al-Quran tanpa rasa sungkan menampakkan kekaguman mereka terhahadap kitab mulia umat Islam tersebut. Mereka turut melakukan kajian kritis namun dalam pengungkapan pendapatnya diberikan dengan cara yang simpatik dan empatik.

Bentuk kelima adalah the voyeur (para pengintai). Mereka adalah para pengkaji al-Quran yang mengkritis habis al-Quran secara membabi-buta. Mereka biasa bersikap negatif terhadap al-Quran namun kadang masih mengakui sisi positif al-Quran selama diungkapkan dengan alasan yang meyakinkan.

Bentuk keenam adalah the polemicst (para pembantah). Para pembantah berupaya melakukan studi tentang al-Quran yang hanya mengungkap sisi-sisi lemahnya saja. Mereka membaca dan memandang al-Quran dengan nada sumbang yang terus bersikap antipati pada al-Quran.

Dalam kategori apa Anda masuk
 
[ars]

0 comments

Post a Comment