Dibalik Nama Besar Albert Einstein (01)
Albert
Einstein and Mileva Maric 1912
Sumber
: Wikipedia
|
Fisikawan
populer, Albert Einstein, memiliki rekam jejak berkaitan dengan dunia politik.
Karir politiknya meredup memang. Tak cemerlang seperti Benjamin Franklin,
fisikawan yang sempat menjadi presiden Amerika Serikat.
Kegiatan
politik Einstein pertama terjadi selama Perang Dunia I, ketika ia menjadi
profesor di Berlin. Merasa muak dengan apa yang ia pandang sebagai “pengorbanan
nyawa manusia yang sia-sia”, Einstein terlibat demonstrasi anti perang. Anjuran
pembangkangan sipil dan dorongan untuk menolak wajib militer yang ia serukan
membuatnya tak disukai para koleganya. Setelah perang, ia memusatkan upayanya
untuk rekonsiliasi dan perbaikan hubungan internasional. Upaya itu juga tak
membuatnya populer, dan karena kegiatan politiknya membuat ia sukar mengunjungi
Amerika Serikat, bahkan untuk memberi kuliah.
Perhatian
Einstein yang tak boleh luput dari perhatian adalah Zionisme. Walau ia
keturunan Yahudi, Einstein menolak gagasan Tuhan dalam Alkitab. Meski demikian,
ia perlahan-lahan dekat dengan komunitas Yahudi dan terang-terangan mendukung
Zionisme karena merasakan anti Semitisme sebelum dan selama Perang Dunia I.
Akibat dukungan ini, teori-teori Einstein diserang, bahkan ada gerakan anti
Einstein yang didirikan. Ada juga orang yang menghasut untuk membunuh Einstein.
Tapi Einstein tak peduli dengan semua ini.
Ketika
Hitler berkuasa di Jerman, Einstein sedang berada di Amerika Serikat. Ia
menyatakan tak akan pulang ke Jerman. Militer Nazi sempat mengobrak-abrik
rumahnya di Jerman dan menguras isi rekening banknya. Menghadapi ancaman Nazi,
Einstein mengusulkan supaya Amerika Serikat membuat bom nuklir sendiri karena
takut para ilmuwan Jerman bakal membuat bom nuklir. Tapi sebelum bom nuklir
diledakkan pun dia sudah memperingatkan secara terbuka mengenai bahaya perang
nuklir dan menggagas pengendalian persenjataan nuklir internasional.
Karir
politik Einstein memang meredup. Tetapi dukungan terang-terangannya terhadap
Zionisme diakui pada tahun 1952, ketika ia ditawari jabatan presiden Negara
Israel. Einstein menolak dan mengatakan ia pikir ia terlalu naif untuk politik.
Einstein pun kemudian menyatakan, “Rumus lebih penting bagi saya, karena
politik adalah untuk masa kini, tapi rumus adalah untuk selamanya.” Bisa
dibayangkan bagaimana sejarah tertulis jika Einstein menerima jabatan presiden
Negara Israel.
Petualangan
asmara Albert Einstein tak kalah seru dengan petualangan sains dan politiknya.
Einstein, fisikawan yang memiliki empat kewarganegaraan (Swiss, Jerman, Austria,
dan Amerika Serikat) ini pernah mengalami masa-masa sangat mesra dengan Marie
Winteler. Einstein jatuh cinta kepada Marie Winteler pada paruh akhir tahun
1895. Sejak beberapa bulan sebelumnya, Einstein telah tinggal di rumah keluarga
Winteler. Jost Winteler, yang merupakan bapak Marie, adalah bapak angkat
Einstein. Einstein tinggal di rumah mereka ketika ia menjadi mahasiswa di
Aarau.
Usia mereka
terpaut dua tahun, Marie lebih tua daripada Einstein. Tetapi kisah asmara
mereka ini mendapat restu penuh dari ibu Einstein, Pauline Koch, yang ketika
menikah dengan bapak Einstein berusia 18 tahun. Sayang kemesraan Einstein dan
cinta pertamanya tak berlangsung lama, mereka malah tak pernah sampai pada
jenjang pernikahan. Einstein memutuskan Marie melalui surat yang ia ibu Marie.
Tak hanya Marie yang kecewa, tetapi juga ibu Einstein. Bahkan kekecewaan ibu
Einstein sulit hilang sampai beberapa tahun kemudian. Tetapi hubungan keluarga
Einstein dengan keluarga Winteler, tak berhenti. Adik Einstein, Maria “Maja”
Einstein, akhirnya menikah dengan Paul Winteler, saudara kandung Marie.
Putus dari
Marie, Einstein jatuh ke pelukan Mileva Marić. Mileva adalah anak pertama
sekaligus kesayangan seorang petani asal Serbia. Ayahnya mendukung penuh hasrat
putrinya agar bisa menjadi fisikawan. Ayah Mileva ingin agar Mileva bisa
meruntuhkan dominasi laki-laki di dunia fisika. Usia Mileva tiga tahun lebih
tua daripada Einstein. Tapi di Politeknik Zurich, mereka sekelas. Mileva adalah
satu-satunya perempuan di kelas Einstein.
Mileva
merupakan gadis yang cerdas, kecil, tapi tak tampak cantik. Kisah cinta mereka
mendapat penolakan keras dari ibu Einstein, yang berkali-kali mengganggu
perjalanan asmara mereka. Einstein menikahi Mileva setelah Mileva melahirkan
putri dari hasil bercinta dengan Einstein. Mereka bercinta dalam liburan di
Danau Como, Mei 1901. Sayang, putri mereka dari hasil bercinta sebelum menikah
yang diberi nama Lieserl, menjadi sosok misterius. Tak ada satupun orang yang
bisa melacak keberadaan Lieserl dan banyak spekulasi beredar mengenai hal ini
dengan dukungan data parsial.
Mileva
adalah pendamping Einstein dari bukan siapa-siapa sampai menjadi orang penting
dalam revolusi fisika. Ia mengalami masa-masa ketika Einstein sangat sulit
mencari pekerjaan dan mendapat penghasilan untuk memenuhi biaya hidup mereka.
Sampai pada akhirnya Einstein menerbitkan makalah revolusioner yang berkaitan
dengan Relativitas Khusus, mereka masih bersama. Selain Lieserl, buah hati
mereka adalah, Hans Albert dan Eduard. Hans kemudian menjadi profesor teknik
hidrolik di Berkeley, Amerika Serikat. Sedangkan Eduard akhirnya meninggal pada
usia dua puluhan setelah kalah melawan skizofernia.
Bersambung...
Editor : Adib Rifqi Setiawan
0 comments
Post a Comment