Saturday 31 October 2015

Politik dan Asmara Albert Einstein



Dibalik Nama Besar Albert Einstein (01)


Albert Einstein and Mileva Maric 1912
Sumber : Wikipedia

Fisikawan populer, Albert Einstein, memiliki rekam jejak berkaitan dengan dunia politik. Karir politiknya meredup memang. Tak cemerlang seperti Benjamin Franklin, fisikawan yang sempat menjadi presiden Amerika Serikat.

Kegiatan politik Einstein pertama terjadi selama Perang Dunia I, ketika ia menjadi profesor di Berlin. Merasa muak dengan apa yang ia pandang sebagai “pengorbanan nyawa manusia yang sia-sia”, Einstein terlibat demonstrasi anti perang. Anjuran pembangkangan sipil dan dorongan untuk menolak wajib militer yang ia serukan membuatnya tak disukai para koleganya. Setelah perang, ia memusatkan upayanya untuk rekonsiliasi dan perbaikan hubungan internasional. Upaya itu juga tak membuatnya populer, dan karena kegiatan politiknya membuat ia sukar mengunjungi Amerika Serikat, bahkan untuk memberi kuliah.

Perhatian Einstein yang tak boleh luput dari perhatian adalah Zionisme. Walau ia keturunan Yahudi, Einstein menolak gagasan Tuhan dalam Alkitab. Meski demikian, ia perlahan-lahan dekat dengan komunitas Yahudi dan terang-terangan mendukung Zionisme karena merasakan anti Semitisme sebelum dan selama Perang Dunia I. Akibat dukungan ini, teori-teori Einstein diserang, bahkan ada gerakan anti Einstein yang didirikan. Ada juga orang yang menghasut untuk membunuh Einstein. Tapi Einstein tak peduli dengan semua ini.

Ketika Hitler berkuasa di Jerman, Einstein sedang berada di Amerika Serikat. Ia menyatakan tak akan pulang ke Jerman. Militer Nazi sempat mengobrak-abrik rumahnya di Jerman dan menguras isi rekening banknya. Menghadapi ancaman Nazi, Einstein mengusulkan supaya Amerika Serikat membuat bom nuklir sendiri karena takut para ilmuwan Jerman bakal membuat bom nuklir. Tapi sebelum bom nuklir diledakkan pun dia sudah memperingatkan secara terbuka mengenai bahaya perang nuklir dan menggagas pengendalian persenjataan nuklir internasional.

Karir politik Einstein memang meredup. Tetapi dukungan terang-terangannya terhadap Zionisme diakui pada tahun 1952, ketika ia ditawari jabatan presiden Negara Israel. Einstein menolak dan mengatakan ia pikir ia terlalu naif untuk politik. Einstein pun kemudian menyatakan, “Rumus lebih penting bagi saya, karena politik adalah untuk masa kini, tapi rumus adalah untuk selamanya.” Bisa dibayangkan bagaimana sejarah tertulis jika Einstein menerima jabatan presiden Negara Israel.

Petualangan asmara Albert Einstein tak kalah seru dengan petualangan sains dan politiknya. Einstein, fisikawan yang memiliki empat kewarganegaraan (Swiss, Jerman, Austria, dan Amerika Serikat) ini pernah mengalami masa-masa sangat mesra dengan Marie Winteler. Einstein jatuh cinta kepada Marie Winteler pada paruh akhir tahun 1895. Sejak beberapa bulan sebelumnya, Einstein telah tinggal di rumah keluarga Winteler. Jost Winteler, yang merupakan bapak Marie, adalah bapak angkat Einstein. Einstein tinggal di rumah mereka ketika ia menjadi mahasiswa di Aarau.

Usia mereka terpaut dua tahun, Marie lebih tua daripada Einstein. Tetapi kisah asmara mereka ini mendapat restu penuh dari ibu Einstein, Pauline Koch, yang ketika menikah dengan bapak Einstein berusia 18 tahun. Sayang kemesraan Einstein dan cinta pertamanya tak berlangsung lama, mereka malah tak pernah sampai pada jenjang pernikahan. Einstein memutuskan Marie melalui surat yang ia ibu Marie. Tak hanya Marie yang kecewa, tetapi juga ibu Einstein. Bahkan kekecewaan ibu Einstein sulit hilang sampai beberapa tahun kemudian. Tetapi hubungan keluarga Einstein dengan keluarga Winteler, tak berhenti. Adik Einstein, Maria “Maja” Einstein, akhirnya menikah dengan Paul Winteler, saudara kandung Marie.

Putus dari Marie, Einstein jatuh ke pelukan Mileva Marić. Mileva adalah anak pertama sekaligus kesayangan seorang petani asal Serbia. Ayahnya mendukung penuh hasrat putrinya agar bisa menjadi fisikawan. Ayah Mileva ingin agar Mileva bisa meruntuhkan dominasi laki-laki di dunia fisika. Usia Mileva tiga tahun lebih tua daripada Einstein. Tapi di Politeknik Zurich, mereka sekelas. Mileva adalah satu-satunya perempuan di kelas Einstein.

Mileva merupakan gadis yang cerdas, kecil, tapi tak tampak cantik. Kisah cinta mereka mendapat penolakan keras dari ibu Einstein, yang berkali-kali mengganggu perjalanan asmara mereka. Einstein menikahi Mileva setelah Mileva melahirkan putri dari hasil bercinta dengan Einstein. Mereka bercinta dalam liburan di Danau Como, Mei 1901. Sayang, putri mereka dari hasil bercinta sebelum menikah yang diberi nama Lieserl, menjadi sosok misterius. Tak ada satupun orang yang bisa melacak keberadaan Lieserl dan banyak spekulasi beredar mengenai hal ini dengan dukungan data parsial.

Mileva adalah pendamping Einstein dari bukan siapa-siapa sampai menjadi orang penting dalam revolusi fisika. Ia mengalami masa-masa ketika Einstein sangat sulit mencari pekerjaan dan mendapat penghasilan untuk memenuhi biaya hidup mereka. Sampai pada akhirnya Einstein menerbitkan makalah revolusioner yang berkaitan dengan Relativitas Khusus, mereka masih bersama. Selain Lieserl, buah hati mereka adalah, Hans Albert dan Eduard. Hans kemudian menjadi profesor teknik hidrolik di Berkeley, Amerika Serikat. Sedangkan Eduard akhirnya meninggal pada usia dua puluhan setelah kalah melawan skizofernia.

Bersambung...




0 comments

Post a Comment