bukan
debu biasa
Pesawat ruang angkasa Ulysses saat bertemu Jupiter.
Hak Cipta : ESA/ Dave Hardy
|
Penyelidikan penting ruang angkasa
dengan misi ambisius mengorbit matahari dan
memindai bintang kita tersebut di
setiap garis lintang diluncurkan
pada 1990. Namun, misi yang banyak dipublikasikan bukanlah penelitian Matahari tetapi
pendeteksian partikel kecil dari ruang antar bintang. Ini merupakan misi bersama NASA (The National Aeronautics and Space
Administration –Badan Penerbangan dan Antariksa
Amerika Serikat) dan ESA (The European Space Agency –Badan Antariksa Eropa ) yang telah berlangsung selama 19 tahun. Misi ini berhasil mengungkapkan sifat-sifat partikel yang berasal dari ruang angkasa dan telah memberikan wawasan baru tentang partikel
kosmik kecil ini.
Para peneliti yang bekerja pada
proyek tersebut baru-baru ini memublikasikan
hasil penting tentang misi
Ulysses dan temuannya.
Mereka mengggali informasi
paling lengkap tentang massa,
ukuran, dan arah penerbangan
dari debu antarbintang
menggunakan data dari lebih 900 partikel yang diteliti dengan menggunakan
pesawat antariksa.
"Data dari Ulysses
mengungkapkan bahwa kita sekarang telah
menilai untuk pertama kalinya secara utuh, unik," kata Harald Kruger,
peneliti utama dari detektor debu Ulysses di Max Planck Institute for Solar System Research di Göttingen, Jerman.
Partikel yang, dijuluki sebagai
“kurir alam
semesta” ini senantiasa menyerbu
sistem tata surya kita seperti Matahari
dan planet-planet bergerak melalui
galaksi Bima Sakti. Kita sekarang
melewati awan raksasa
materi antar bintang, yang disebut
antar bintang awan lokal. Sumber partikel
debu tersebut berdiameter sekitar 30 tahun cahaya. Yang
disebut “debu bintang”
tertanam di awan galaksi
lokal di mana matahari
bergerak dengan kecepatan 26 kms-1. Sebutir
debu tunggal membutuhkan
waktu 20 tahun untuk melintasi
tata surya.
Partikel debu antarbintang,
terdeteksi di tempat semula untuk pertama kalinya pada tahun 1993 oleh pesawat ruang angkasa Ulysses. Hal ini sangat berharga bagi para ilmuwan karena mengandung informasi penting tentang sesama kosmik
yang lebih jauh dari kita. Penelitian baru ini menegaskan penemuan sebelumnya, yang
menyebutkan bahwa debu antar bintang selalu menyapu melalui sistem surya
kita di sekitar arah yang sama. Penelitian ini juga mengungkapkan informasi yang tepat
tentang ukuran partikel-partikel ini,
yang menunjukkan bahwa beberapa sangat besar, bahkan ada juga yang memiliki
lebar beberapa mikrometer. Sebagian
besar partikel debu memiliki
diameter mulai 0,05–0,5 mikrometer atau sekitar seperseratus diameter rambut manusia.
Menurut Veerle Sterken dari Universitas Stuttgart di Jerman, yang
memimpin analisis dengan Kruger, posisi pengamatan
Ulysses berada bisa
membuatnya untuk menganalisis debu
antar bintang secara optimal. Ulysses
adalah satu-satunya pesawat ruang
angkasa yang hingga kini telah
meninggalkan bidang orbit planet-planet
dan telah mengelilingi kutub matahari. Sementara
debu antar planet dihasilkan dalam sistem planet kita terkonsentrasi di bidang orbit, debu antar
bintang dapat diukur baik di luar
pesawat ini. Orbit penyelidikan yang
unik juga memungkinkan penelitian dari ledakan
sinar gamma yang mungkin tidak akan
terjadi, dan memainkan peran
utama dalam menemukan pengulang
soft gamma atau "magnetar."
Kajian tentang debu antar bintang penting untuk
memahami perannya dalam membentuk
benda-benda langit di alam semesta.
Debu antar bintang dapat mendorong
hilangnya massa ketika
sebuah bintang mendekati akhir hidupnya
dan berperan dalam tahap awal bintang dan pembentukan
planet. Para astronom memperkirakan
bahwa sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, keruntuhan gravitasi dari awan antar bintang
menyebabkan pembentukan piringan protosolar, yang disebut nebula matahari,
dengan kondensasi di pusat yang kemudian berkembang menjadi matahari kita.
Pengamatan dan pengukuran debu kosmik
di berbagai kawasan memberikan wawasan
penting dalam proses daur ulang alam semesta. Para ilmuwan mencoba memperoleh penelitian observasional “potret” dari debu
tersebut pada berbagai tahap kehidupan
dan dari waktu ke waktu untuk
membuat sebuah film yang lengkap
tentang langkah-langkah daur
ulang yang rumit dari alam
semesta.
Ulysses membantu untuk menghasilkan film yang lengkap dari proses ini. Misi lain
yang serupa, seperti Galileo
dan Cassini, yang
pada tahun 2006 dikembalikan ke Bumi
untuk diambil partikel debu antar
bintang baru dianggap oleh para peneliti yang mempelajari topik ini hanya
menyediakan potret informasi saja. Sekarang, para ilmuwan mendukung
misi luar angkasa di masa depan yang dipimpin ESA untuk menyelidiki dengan tepat debu
antar bintang dan membantu melengkapi gambaran besar.
Referensi:
1. Harald Krüger et al. Sixteen years of Ulysses interstellar dust
measurements in the solar system. I. Mass distribution and gas-to-dust mass
ratio. The Astrophysical Journal, Vol. 812, article 139, 19. Oktober 2015. DOI:
10.1088/0004-637X/812/2/139
2. Peter Strub et al. Sixteen years of Ulysses interstellar dust
measurements in the solar system. II. Fluctuations in the dust flow from the
data. The Astrophysical Journal, Vol. 812, article 140, 19. Oktober 2015. DOI:
10.1088/0004-637X/812/2/140
3. Veerle J. Sterken et al. Sixteen years of Ulysses interstellar dust
measurements in the solar system. III. Simulations and data unveil new insights
into local interstellar dust. The Astrophysical Journal, Vol. 812, article
141, 19. Oktober 2015. DOI: 10.1088/0004-637X/812/2/141
Penulis : Adib Rifqi Setiawan
Editor : Arij Zulfi Mufassaroh
0 comments
Post a Comment