Sunday 1 November 2015

Asmara dan Matematika Albert Einstein



Dibalik Nama Besar Albert Einstein (02 –habis)

Albert dan Elsa Einstein
Sumber : Wikipedia
 

Kemesraan Einstein dan Mileva menemui tanda-tanda keretakan sejak 1914. Pada tahun tersebut, keduanya mulai “pisah ranjang”. Michele Angelo Besso dan Heinrich Zangger, sahabat karib Einstein berusaha keras untuk menahan mereka agar tak berpisah. Sayang usaha mereka sia-sia setelah Einstein dan Mileva resmi bercerai pada 1919. Meski telah bercerai, tetapi Einstein masih memberikan uangnya pada Mileva, termasuk uang dari hadiah nobel yang ia dapatkan.

Sejak “pisah ranjang” dengan Mileva, Einstein tinggal dengan Elsa. Elsa adalah saudara sepupu Einstein. Sebelum menikah dengan Einstein, Elsa merupakan istri dari pedagang tekstil, Max Löwenthal. Dari pernikahan pertama, Elsa memiliki dua buah hati, Margot dan Ilse. Margot kemudian menjadi seniman dan menulis buku tentang Einstein. Ilse yang sempat berkecimpung di dunia fisika juga menulis buku tentang Einstein. Elsa dan Löwenthal bercerai pada 1908 dan menikah dengan Einstein, pernikahan kedua bagi masing-masing pihak, pada 1919.

Pernikahan kedua Einstein berbeda dengan yang pertama. Pernikahan tersebut bukan karena cinta dan berahi. Meski sempat tinggal 4,5 tahun sebelum resmi menikah, tetapi mereka tidur pada ranjang yang berbeda. Hal-hal yang tak diharapkan seperti pernah menimpa Einstein dan Mileva pun tak terjadi. Elsa juga berbeda dengan Mileva. Mileva yang memiliki kecerdasan di bidang fisika, bisa menjadi kolega ilmiah Einstein, sementara Elsa hanya berbakat pada hitungan matematika untuk rumah tangga. Jadi tak bisa juga disebut karena alasan intelektual. Elsa yang merupakan istri kedua dan pacar ketiga Einstein akhirnya menjadi orang yang berada di sisi Einstein sampai akhir hidupnya.

Ada satu cerita tentang Albert Einstein yang kabarnya tak lulus dalam ujian matematika. Cerita tersebut seringkali disertai dengan pernyataan, “Seperti diketahui semua orang,” seolah telah menjadi hal yang benar-benar terjadi. Berita tersebut dicantumkan dalam banyak artikel yang terdapat buku dan media massa serta terus menerus diulang-ulang. Satu artikel menyatakannya, lalu artikel lain mencontek karena beritanya menarik, dan akhirnya semua orang percaya bahwa apapun yang muncul dalam artikel berkali-kali pasti benar.

Berita yang menyatakan Einstein tak lulus ujian matematika biasanya dirancang untuk meningkatkan kepercayaan diri murid-murid yang kurang cakap dalam Matematika tetapi memiliki minat terhadap fisika. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri orang yang memiliki kemauan keras tanpa memiliki modal kemampuan bagus adalah hal yang baik, tetapi jika dilakukan dengan kebohongan, apakah masih bagus? Alih-alih merangsang kepercayaan diri malah bisa membuat mereka yang kurang cakap dengan matematika cenderung tak menganggap matematika hal yang penting bagi fisika dan kemudian mengabaikan matematika.

Einstein, meski masa balitanya bermasalah karena lambat bicara, tak memiliki masalah dengan matematika. Einstein tak pernah gagal dalam matematika, bahkan ia sudah menguasai kalkulus diferensial dan integral sebelum berusia lima belas tahun. Selama di sekolah, meskipun nakal, ia memiliki prestasi kognitif yang mengagumkan. Ia mendapat nilai yang bagus dalam setiap mata pelajaran dan sempat beberapa kali mendapat peringkat pertama. Bahkan dalam pelajaran bahasa, yang paling bermasalah dan kurang dikuasainya, ia masih bisa mendapat nilai yang bagus yang tak “menodai” rapornya.

Dalam matematika, kemampuan Einstein jauh melampaui persyaratan sekolah. Ia sudah biasa memecahkan permasalahan matematika sebelum berusia dua belas tahun. Dukungan orangtua yang membelikan buku-buku Matematika turut membantu Einstein menguasai pelajaran yang tetap ia pelajari meski sedang libur sekolah ini. Ia tak hanya mempelajarai pembuktian-pembuktian dalam buku tersebut tetapi juga memecahkan teori-teori baru dengan berusaha membuktikannya sendiri. Jakob, paman Einstein dari pihak bapak yang merupakan seorang insyinyur, turut membimbing Einstein dalam matematika.

Max Talmud, teman Einstein yang usianya 11 tahun lebih tua dari Einstein dan menempuh kuliah kedokteran, pernah memberikan buku pelajaran geometri dua tahun sebelum topik tersebut di pelajari di sekolah. Saat itu Einstein berusia 10 tahun dan Talmud 21 tahun. Dengan tekun Einstein mempelajari buku tersebut. Ia mencurahkan waktu yang lebih tinggi pada matematika dan dengan segera kegeniusan matematika Einstein terbang tinggi melampaui kemampuan Max Talmud.

Mungkin mereka yang terlanjur meyakini berita bahwa Einstein tak lulus ujian matematika, bisa memanfaatkan kenyataan bahwa Einstein mengakhiri setahun bersekolah di Aarau, Swiss, dengan hanya menempati peringkat kedua, bukan pertama. Saat ujian matematika, ia membuat kesalahan dengan menyebut bilangan imajiner, padahal yang dimaksud adalah bilangan irasional. Meski dalam ujian tersebut, nilai matematika Einstein tetap tinggi.

Sudah




1 comments: