Dibalik Nama Besar Albert Einstein (02 –habis)
Albert
dan Elsa Einstein
Sumber
: Wikipedia
|
Kemesraan
Einstein dan Mileva menemui tanda-tanda keretakan sejak 1914. Pada tahun
tersebut, keduanya mulai “pisah ranjang”. Michele Angelo Besso dan Heinrich
Zangger, sahabat karib Einstein berusaha keras untuk menahan mereka agar tak
berpisah. Sayang usaha mereka sia-sia setelah Einstein dan Mileva resmi
bercerai pada 1919. Meski telah bercerai, tetapi Einstein masih memberikan
uangnya pada Mileva, termasuk uang dari hadiah nobel yang ia dapatkan.
Sejak “pisah
ranjang” dengan Mileva, Einstein tinggal dengan Elsa. Elsa adalah saudara
sepupu Einstein. Sebelum menikah dengan Einstein, Elsa merupakan istri dari
pedagang tekstil, Max Löwenthal. Dari pernikahan pertama, Elsa memiliki dua
buah hati, Margot dan Ilse. Margot kemudian menjadi seniman dan menulis buku
tentang Einstein. Ilse yang sempat berkecimpung di dunia fisika juga menulis
buku tentang Einstein. Elsa dan Löwenthal bercerai pada 1908 dan menikah dengan
Einstein, pernikahan kedua bagi masing-masing pihak, pada 1919.
Pernikahan
kedua Einstein berbeda dengan yang pertama. Pernikahan tersebut bukan karena
cinta dan berahi. Meski sempat tinggal 4,5 tahun sebelum resmi menikah, tetapi
mereka tidur pada ranjang yang berbeda. Hal-hal yang tak diharapkan seperti
pernah menimpa Einstein dan Mileva pun tak terjadi. Elsa juga berbeda dengan
Mileva. Mileva yang memiliki kecerdasan di bidang fisika, bisa menjadi kolega
ilmiah Einstein, sementara Elsa hanya berbakat pada hitungan matematika untuk
rumah tangga. Jadi tak bisa juga disebut karena alasan intelektual. Elsa yang
merupakan istri kedua dan pacar ketiga Einstein akhirnya menjadi orang yang
berada di sisi Einstein sampai akhir hidupnya.
Ada satu
cerita tentang Albert Einstein yang kabarnya tak lulus dalam ujian matematika.
Cerita tersebut seringkali disertai dengan pernyataan, “Seperti diketahui semua
orang,” seolah telah menjadi hal yang benar-benar terjadi. Berita tersebut
dicantumkan dalam banyak artikel yang terdapat buku dan media massa serta terus
menerus diulang-ulang. Satu artikel menyatakannya, lalu artikel lain mencontek
karena beritanya menarik, dan akhirnya semua orang percaya bahwa apapun yang
muncul dalam artikel berkali-kali pasti benar.
Berita yang
menyatakan Einstein tak lulus ujian matematika biasanya dirancang untuk
meningkatkan kepercayaan diri murid-murid yang kurang cakap dalam Matematika
tetapi memiliki minat terhadap fisika. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan
diri orang yang memiliki kemauan keras tanpa memiliki modal kemampuan bagus
adalah hal yang baik, tetapi jika dilakukan dengan kebohongan, apakah masih
bagus? Alih-alih merangsang kepercayaan diri malah bisa membuat mereka yang
kurang cakap dengan matematika cenderung tak menganggap matematika hal yang
penting bagi fisika dan kemudian mengabaikan matematika.
Einstein,
meski masa balitanya bermasalah karena lambat bicara, tak memiliki masalah
dengan matematika. Einstein tak pernah gagal dalam matematika, bahkan ia sudah
menguasai kalkulus diferensial dan integral sebelum berusia lima belas tahun.
Selama di sekolah, meskipun nakal, ia memiliki prestasi kognitif yang
mengagumkan. Ia mendapat nilai yang bagus dalam setiap mata pelajaran dan
sempat beberapa kali mendapat peringkat pertama. Bahkan dalam pelajaran bahasa,
yang paling bermasalah dan kurang dikuasainya, ia masih bisa mendapat nilai
yang bagus yang tak “menodai” rapornya.
Dalam
matematika, kemampuan Einstein jauh melampaui persyaratan sekolah. Ia sudah
biasa memecahkan permasalahan matematika sebelum berusia dua belas tahun.
Dukungan orangtua yang membelikan buku-buku Matematika turut membantu Einstein
menguasai pelajaran yang tetap ia pelajari meski sedang libur sekolah ini. Ia
tak hanya mempelajarai pembuktian-pembuktian dalam buku tersebut tetapi juga
memecahkan teori-teori baru dengan berusaha membuktikannya sendiri. Jakob,
paman Einstein dari pihak bapak yang merupakan seorang insyinyur, turut
membimbing Einstein dalam matematika.
Max Talmud,
teman Einstein yang usianya 11 tahun lebih tua dari Einstein dan menempuh
kuliah kedokteran, pernah memberikan buku pelajaran geometri dua tahun sebelum
topik tersebut di pelajari di sekolah. Saat itu Einstein berusia 10 tahun dan
Talmud 21 tahun. Dengan tekun Einstein mempelajari buku tersebut. Ia
mencurahkan waktu yang lebih tinggi pada matematika dan dengan segera
kegeniusan matematika Einstein terbang tinggi melampaui kemampuan Max Talmud.
Mungkin
mereka yang terlanjur meyakini berita bahwa Einstein tak lulus ujian
matematika, bisa memanfaatkan kenyataan bahwa Einstein mengakhiri setahun
bersekolah di Aarau, Swiss, dengan hanya menempati peringkat kedua, bukan
pertama. Saat ujian matematika, ia membuat kesalahan dengan menyebut bilangan
imajiner, padahal yang dimaksud adalah bilangan irasional. Meski dalam ujian
tersebut, nilai matematika Einstein tetap tinggi.
Sudah
Editor : Adib Rifqi Setiawan
berbohong demi sains:) .. artikel yg baik BTW
ReplyDelete