Monday 4 January 2016

Kala Ekalaya Menghajar Arjuna

Serial Petruk Mencari Jati Diri (2)
Oleh : Ryu Hasan

ekalaya vs arjuna petruk menjcari jati diri ryu hasan alobatnic
Ekalaya menghadapi Arjuna (Sumber: 3.bp.blogspot.com)
Meskipun selalu berusaha memahami keadaan sebagaimana apa adanya, Petruk tidak sepenuhnya bisa menerima jalan pikiran tuan-tuanya yang seringkali melanggar "paugeran" (aturan), bahkan tak jarang mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.

Bendoro-bendoro-nya yang selalu diasumsikan sebagai pihak yang benar, ternyata pada kenyataannya seringkali melakukan tindakan yang cenderung keji. Kenyataan yang mau tidak mau menimbulkan perang di batin Petruk, perang batin yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya.

"… midero sak jagat royo, kalingono wukir lan samudro, nora ilang memanise, dadi ati selawase…"

Sayup-sayup tendengar tembang mendayu-dayu, membuat Petruk menghentikan ayunan kapaknya. Dia teringat kejadian yang menyedihkan sekaligus memalukan, kisah tumpasnya Ekalaya.

Awal peristiwa terjadi di suatu siang yang gerah di tepi hutan yang tampak sejuk. Petruk tak mampu menyembunyikan kegelisahan, dia menangkap gejala alam, sesuatu akan terjadi, sesuatu yang tidak menyenangkan.

Semar memejamkan pura-pura tidur, Gareng sibuk menulis puisi tentang kegelisahan hati. sedangkan Bagong mondar mandir dengan wajah seperti arca tanpa ekspresi. Semua gelisah.

Mereka sedang menemani momongan sekaligus tuan mereka, Raden Arjuna yang juga bernama Janaka, Permadi atau Parto, Satria Lelananging Jagat Panengahing Pandawa. Mereka sadar sepenuhnya bahwa masalah yang akan timbul bersumber pada momongan mereka ini.

Sangat jelas dimata batin Petruk, aura yang tampak dari pancaran wajah ndoro-nya ini. Aura yang memalukan, aura yang bersifat "rendah". Dan Petruk pun sudah sangat hafal dengan tabiat tuannya yang satu ini.

Kegelisahan para Punakawan ini segera terjawab. Tiba-tiba dihadapan mereka mucul seorang ksatria tampan (meskipun tak serupawan Arjuna), berkacak pinggang dengan wajah marah. "Hai Arjuna, kalau kamu memang merasa laki-laki hadapi aku, Ekalaya."

Laki-laki ini adalah Bambang Ekalaya, raja kerajaan Nisada. Apa pasalnya sehingga lelaki gagah ini sedemikian murkanya?

Beberapa saat yang lalu saat matahari baru saja memancarkan sinarnya ke Bumi, di tepi hutan ini, ada seorang wanita cantik yang sedang dikejar-kejar oleh segerombolan raksasa. Setelah terkejar wanita ini dekepung rapat. Raksasa-raksasa ini berhaha-hihi, bagai segerombolan kucing yang berebut seekor tikus.

Dewi Angraeni nama wanita cantik ini. Apa daya seorang wanita dihadapan segerombolan raksasa? Dia hanya bisa berteriak meminta tolong.

Teriakannya terdengar oleh Raden Arjuna. Bagi Arjuna yang sakti mandraguna, bukanlah hal yang sulit untuk bertindak. Dengan sekali sentakan, hilang sudah nyawa semua raksasa.

Arjuna memandang Anggraeni dengan tatapan mata aneh, tatapan mata yang muncul karena bangkitnya dorongan yang bersifat rendah. Senyum Arjuna juga senyum kurang ajar. Anggraeni bukannya tidak merasakan hal ini.

Sang dewi mengucapkan terimakasih atas pertolongan yang diterimanya.

Tapi ternyata ucapan terimakasih saja, tidak cukup bagi Raja Madukara ini. Den Bagus Casanova Raden Janaka, playboy kelas internasional yang jumlah istrinya sudah tak terbilang ini menginginkan yang lebih dari itu!!! Dia menginginkan dilayani bercinta sebagai imbalan jasanya!!! Duh Gusti…

"Saya sudah bersuami, Raden", tampik Anggraeni.

"Apa masalahnya kalau kamu sudah bersuami? aku bisa membunuh suamimu," jawab Arjuna enteng. "Dan lagi pula apakah suamimu setampan aku? Apakah dia sekaya aku? Aku ini Raja agung."

Anggraeni juga tahu Arjuna gagah perkasa tampan tiada banding, dia juga tidak memungkiri sesungguhnya dia juga tertarik. Namun bagi Anggraeni, cinta terlalu agung untuk diperjualbelikan. Dia bercinta karena memang mencintai. Baginya tidak ada cinta bagi laki-laki macam Arjuna. Anggraeni adalah pribadi yang bahagia dengan bersetia kepada cintanya.

Dia menolak keras!!!

Sebelumnya, Arjuna tak pernah menerima penolakan dari wanita. Ratusan wanita dan dewi-dewi dari Kahyangan pun berebut untuk jatuh dalam pelukan Don Juan titisan Batara Indra ini.

Penolakan ini semakin menyulut berahi Arjuna. Kobaran nafsu membuat buta hatinya. Dia hendak memaksakan kehendaknya. Anggraeni terancam menjadi korban perkosaan. Apalah daya Anggraeni berhadapan dengan kesaktian Arjuna? Dia berlari…. sampailah ke tepi jurang!!! Dead end!!! Jalan buntu!!!

Dalam putus asa nya, Anggraeni melompat ke jurang. Luncuran tubuhnya ke jurang yang sangat dalam membuatnya pingsan. Untunglah seseorang menyambar tubuhnya sebelum terbentur dasar jurang, orang itu adalah Dewi Ipri, ibunya sendiri.

Dewi Anggraeni adalah istri Bambang Ekalaya yang sedang berhadapan dengan Arjuna. Dia menuntut pertanggungjawaban atas perlakuan yang diterima isterinya.

Sangat wajar kalau Ekalaya jadi berang. Jangankan seorang raja, Petruk pun akan mengangkat pecoknya kalau isterinya diganggu orang.

Tantangan Ekalaya dilayani oleh Arjuna. Duel berlangsung singkat. Hanya satu jurus, Arjuna terkapar tak bernyawa!!!

Bersambung...

0 comments

Post a Comment