Sri Mulyani Indrawati, atau biasa disapa Anik, lahir di Tanjung Karang, 26
Agustus 1962. Anik lahir dari keluarga cendekiawan yang sangat mengutamakan
pendidikan. Ayahnya, Prof. Satmoko dan Ibunya Prof. Sriningsih Satmoko adalah
guru besar Universitas Negeri Semarang (UNNES).
“Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, Anik dan saudara-saudaranya juga
tumbuh menjadi orang-orang yang berprestasi dan berpendidikan tinggi. Mayoritas
kakak dan adik Anik menyandang gelar master dan doktor, hanya satu orang yang
bertitel sarjana, sementara satunya bergelar profesor. Hebatnya, di bangku
sekolah dan kuliah prestasi Anik bersaudara selalu menonjol, sehingga biaya
sekolah gratis di dalam dan luar negeri.
Karakter Anik bersaudara memang sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang
diberikan oleh kedua orangtuanya. Mereka dibiasakan hidup dengan sesuatu yang
dimiliki, tidak berangan-angan yang macam-macam, jujur, tidak mengambil milik
orang lain, dan tidak materialistis. Membaca dijadikan bagian keseharian keluarga.
Kompas dan Suara Merdeka adalah bacaan wajib mereka. Majalah
Kuncung, Bobo, dan Gadis adalah bacaan masa kanak-kanak.
Hal ini terbawa saat dirinya menjadi menteri.
Anik adalah wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai
Direktur Pelaksana Bank Dunia (World Bank). Sebelumnya dia menjabat
sebagai Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu. Sebelum menjabat sebagai
Menteri Keuangan Anik menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Ketua Bapenas. Sejak 2008 Anik menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian setelah Boediono dilantik sebagai Gubernur BI
(Bank Indonesia).
Perjalanan Anik adalah perjalanan penuh prestasi. Selain menjabat berbagai
posisi penting bidang ekonomi baik nasional maupun internasional, hampir di
setiap jabatan yang diembannya Anik selalu menorehkan prestasi yang fenomenal
dalam waktu singkat Beberapa contoh yang bisa kita lihat antara lain:
(1) Memimpin reformasi di Departemen Keuangan yang
menghasilkan peningkatan penerimaan pajak hampir empat kali lipat dalam jangka
waktu separuh windu sebagai berikut:
— 2004 = Rp 238,4 T
— 2005 = Rp 370,9 T
— 2006 = Rp 461,5 T
— 2007 = Rp 506,0 T
— 2008 = Rp 670,4 T
(2) Menteri Keuangan terbaik Asia tahun 2006, 2007,
2008 versi Emerging Market.
(3) Menteri Keuangan Terbaik Dunia 2006 versi Euromoney.
(4) Bekerjasama dengan KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dalam menertibkan ribuan rekening liar departemen, yang sejak orde
baru dicurigai sebagai alat korupsi.
(5) Menerima Hatta Anti Corruption Award, karena
dianggap sebagai pribadi yang bersih, melakukan perbuatan nyata memberantasan
korupsi.
(6) Sejak menjabat Menteri Keuangan hingga pindah
tugas di Bank Dunia Anik sudah tiga kali terpilih wanita paling berpengaruh di
dunia.
Jika prestasi Anik harus dibeberkan satu persatu maka catatan ini hanya
akan penuh dengan catatan gemilang prestasi seorang Bathari ekonomi
berdarah Jawi ini. Namun prestasi yang paling harus diakui rakyat
Indonesia dari seorang Anik adalah jasanya menghindarkan bangsa ini dari
pengaruh krisis moneter (krismon) dunia.
Tidak cukup sampai di situ. Anik juga mampu mempertahankan pertumbuhan
ekonomi Indonesia di 3 besar tertinggi dunia saat krisis. Mungkin sebagian
pihak khususnya para politisi (para politikus) berusaha mengecilkan arti dari
“menghindarkan bangsa dari ancaman krisis ekonomi”. Namun marilah kita coba
sejenak kembali ke masa lalu yang masih segar dalam ingatan kita, krismon 98.
Kita masih ingat beberapa dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia
yang awalnya juga berasal dari krisis dari luar negeri itu. Masihkah kita ingat
orangtua, kerabat, bahkan sebagian dari kita sendiri yang terpaksa harus
kehilangan pekerjaan tanpa melakukan kesalahan apapun?
Masihkah ingat bagaimana kita mendadak tidak tahu lagi bagaimana kita harus
menghidupi keluarga kita? Berapa banyak rakyat yang bunuh diri dan masuk ke RSJ
(Rumah Sakit Jiwa) karena secara tiba-tiba kehilangan masa depan mereka? Berapa
banyak orang-orang gigih dan ulet yang harus kehilangan kerja keras seumur
hidupnya dalam waktu sesaat tanpa mereka melakukan kesalahan apapun?
Belum lagi dampak sosial dan politik yang timbul sebagai dampak dari krisis
ekonomi di Indonesia tahun 98 itu. Berapa banyak wanita keturunan yang
diperkosa? Berapa banyak yang terbunuh secara biadab dalam kerusuhan Mei 98?
Berapa banyak saudara- saudara kita yang terbakar, mati, atau hilang tak ada
rimbanya hingga detik ini?
Itulah prestasi terbesar dari seorang Anik. Dialah yang berhasil
menghindarkan bangsa ini dari krisis dengan segala dampaknya yang mengerikan
itu. Bayangkan jika saja tahun ‘97 kita memiliki Anik yang tampil kokoh sebagai
pengawal otoritas ekonomi kita saat itu. Sejarah akan berbeda. Dari prestasi
itu saja sangat layak kita mengangkatnya sebagai pahlawan. Bayangkan berapa
banyak rakyat terlesamatkan olehnya!
Layak jika James Castle, memuji Anik setinggi langit, “She could be the
finance minister anywhere in the world. She’s that good!” Namun sejarah
mencatat keberhasilannya untuk bangsa-bangsa dan negara itu ternyata harus memakan
tumbal dirinya sendiri. Bangsa-bangsa yang tidak tahu diuntung ini bukannya
berterimakasih namun justru menjadikannya pesakitan yang dinistakan. Bangsa-bangsa
di Nusantara tak jarang gemar menghukum para pahlawannya sendiri
Kisah perjuangan Anik mengatasi krisis ekonomi yang mengancam bangsa ini
mengingatkan pada Raja Leonidas yang berjuang hanya dengan 300 pasukannya
melawan musuh yang menyerang negerinya. Bukannya didukung oleh para senator
yang duduk nyaman di gedung parlemen, mereka justru bersekongkol untuk
menjatuhkan rajanya itu. Raja Leonidas akhirnya gugur dalam pertempuran itu.
Namun berkat perjuangannya bangsa Spartan tidak jadi terjajah.
Setali tiga uang dengan cerita tersebut. Politisi di DPR bukannya memberi apresiasi
pada Anik atas keberhasilan usahanya. Namun justru menafikan kerja keras dan
peran Anik sambil berkoar-koar seolah-olah ancaman krisis 2008 tidak bisa
dibandingkan dengan 1997. Mudah memang berbicara lantang di depan mimbar
memfitnah para pejuang saat mereka sendiri tidak pernah berjuang. Pengamat
memang tidak pernah salah namun pelakulah yang mengubah.
Sumber: Alobatnic
TOGEL KLIK4D bersama B O L A V I T A
ReplyDeleteMemiliki Pasaran Paling Terkenal >> Singapore - Kuala Lumpur - Hongkong << Dengan Diskon Terbesar Dan Minimal Deposit Hanya 50rb dengan Support Semua Bank Indonesia
Segera Bergabung Bersama kami Sekarang Juga !
BBM : BOLAVITA
WA : 081377055002