Friday, 16 October 2015

Ajaran Ilmiah dan Indah dari Pesantren

Pesantren Istiqomah Mengajarkan Manthiq dan Balaghah


Ilmiah dan Indah, dua kata yang dijadikan tagline Pelantan Press




Seiring gencarnya perkembangan kajian ilmiah di Eropa dan Amerika Serikat, kata ilmiah seringkali diidentikkan dengan kedua wilayah geografis yang biasa disebut barat tersebut. Dengan barat yang dicitrakan negatif, kata ilmiah kadang ikut tercemar pula. Hal ini tentu tak tepat. Karena kajian ilmiah bersifat bebas. Begitu pula indah yang seolah menjadi trade mark-nya seni. Seni kadang dianggap sebagai sarana yang melenakan orang dengan Pelantan semesta alam (baca: Tuhan). Sehingga pada seniman yang gemar dengan keindahan dituduh yang tidak-tidak.

Sadar atau tak, sebenarnya hal-hal ilmiah dan indah telah konsisten diajarkan di pesantren Indonesia. Melalui pengajaran manthiq dan balaghah, pelajar pesantren dididik agar senantiasa bersikap ilmiah dan indah.

Manthiq mengajarkan tentang alur berpikir logis. Sebagai makhluk yang berakal budi, manusia tidak lepas dari aktivitas berpikir. Namun, saat berpikir, manusia sering kali dipengaruhi oleh berbagai kecenderungan, emosi, subjektivitas, dan lainnya sehingga tak dapat berpikir jernih, logis, dan objektif. Manthiq memandu seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar.

Berpikir merupakan proses pengungkapan sesuatu yang belum diketahui dengan mengolah pengetahuan yang sudah mengendap dalam benak, sehingga yang belum diketahui itu menjadi diketahui. Faktor yang membuat seseorang salah dalam berpikir adalah: hal-hal yang dijadikan dasar (premis) tak benar dan formula yang menyusun premis tak sesuai dengan kaidah manthiq yang benar.

Proses berpikir atau argumentasi di alam pikiran manusia bagaikan sebuah bangunan. Sebuah bangunan akan terbentuk sempurna jika tersusun dari bahan-bahan dan konstruksi bangunan yang sesuai dengan teori-teori yang benar. Apabila salah satu dari dua unsur itu tidak terpenuhi, maka bangunan tersebut tak akan terbentuk dengan baik dan sempurna.

Dua istilah terpenting dalam manthiq adalah ilmu dan idrak. Dua kata itu membahas aspek terpenting dalam pikiran manusia. Para ahli manthiq mendefinisikan ilmu sebagai gambaran tentang sesuatu yang ada dalam benak, sesuatu yang kontradiktif: tahu dan tidak tahu. Sementara idrak merupakan pengetahuan yang didapat secara “tak disengaja”.

Sementara itu, balaghah belajar bagaimana mengungkapkan pikiran dengan ungkapan yang maknanya jelas dan strukturnya benar. Balaghah sering dipadankan dengan retorika, teknik pemakaian bahasa sebagai seni, lisan maupun tulisan, yang didasarkan pada pengetahuan yang tersusun dengan baik. Susunan pengetahuan berupa penggabungan aturan-aturan keserasian dan keindahan kalimat itulah yang dalam bahasa Arab disebut balaghah. Balaghah punya tiga cabang, ialah ma’ani, bayan, dan badi’. Ketiganya punya objek kajian masing-masing yang saling melengkapi.

Cabang ma’ani menjelaskan pola kalimat berbahasa Arab agar bisa disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang dikehendaki penutur. Tujuannya adalah menghindari kesalahan dalam pemaknaan yang dikehendaki penutur yang disampaikan kepada lawan tutur. Cabang ini ingin menyelaraskan antara teks dan konteks. Maka, objek kajiannya pun berkisar pada pola-pola kalimat berbahasa Arab dilihat dari pernyataan makna dasar yang dikehendaki oleh penutur.

Sedangkan cabang bayan membahas tentang penyingkapan, penjelasan, dan keterangan. Lebih luas, berarti dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya sebuah makna dengan bermacam-macam metode (gaya bahasa), bertujuan menjelaskan kerasionalan dari makna tersebut.

Adapun cabang badi’ merupakan kreasi yang dicipta tidak seperti ilustrasi yang telah ada. Lebih jauh, ia mempelajari beberapa model keindahan beberapa ornamen perhiasan kalimat yang menjadikan kalimat indah dan bagus, menyandangi kalimat dengan kesantunan dan keindahan setelah disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Mempelajari manthiq dan balaghah sangat menyenangkan. Kemampuan komunikasi dan refleksi bisa semakin terasah. Manthiq dan balaghah memberikan keterampilan berpikir dan berkomunikasi. Mampu berpikir rasional  dan piawai berkomunikasi dengan berbagai kalangan, dan. Bisa ilmiah dan juga indah. Penerapannya tak hanya dalam kata-kata semata, tapi bisa sampai ke segala hal.



0 comments

Post a Comment